Rabu, 23 Januari 2013

Makna di Balik Sehelai Ulos


Ulos merupakan suatu produk penting asal salah satu peradaban tertua di Asia yang sudah ada sejak 4.000 tahun lalu, yakni kebudayaan Batak. Ulos bahkan telah ada jauh sebelum bangsa Eropa mengenal tekstil.
Kain tenun ini merupakan pakaian khas suku Batak di Sumatera Utara, bentuknya menyerupai selendang dengan panjang sekitar 1,8 meter dan lebar 1 meter, kedua ujungnya berjuntai-juntai dengan panjang sekitar 15 cm dan pembuatan Ulos dilakukan oleh kaum perempuan mereka menenun dari benang kapas atau rami.

Alat tenunnya antara lain :

** Tundalan (Pengikat Pinggang)

** Turak Baliga (Pemisah Benang)

** Langgiyang (Alat Penjaga Benang agar tidak kusut)

** Patubobohon (Alat untuk mengukur panjangnya kain tenunan)
Secara harfiah Ulos berarti selimut,budaya ini sama tuanya dengan kebudayaan Batak yang telah mengenal 3 konsep kehangatan yaitu:

** Matahari

** Api

** Ulos
Selain sebagai penghangat badan dikala dingin menerjang,ulos sering kali dianggap sebagai jimat, yang mana kain ini diyakini mempunyai kekuatan yang mampu melindungi raga, yang didalam adat Batak disebut dengan Tondi terhadap roh jahat.

Warna kain juga mempunyai arti tersendiri seperti:

** Putih

     Melambangkan Kesucian dan kejujuran

** Merah

     Melambangkan Kepahlawanan dan keberanian

** Kuning

     Melambangkan Kaya/kesuburan

** Hitam

     Melambangkan Duka
Untuk pemakaiannya kain ulos tidak dapat dikenakan dengan sembarangan, dimana pemakaiannya harus sesuai dengan acaranya diantaranya seperti pada acara:

** Perkawinan

     Menggunakan Ulos Ragi Idup yang bercorak Cerah

** Pemakaman

     Menggunakan Ulos Ragi Hotang yang bercorak Gelap
Orang Batak juga mengenal upacara Mangulosi ini merupakan ritual Pemberian Kehangatan dan Kasih Sayang penerimanya, dan umumnya pemberi ulos itu adalah:

** Orang tua kepada anak-anaknya

** Adik kepada kakaknya

** Hula-hula (keluarga laki-laki dari pihak perempuan) kepada Boru.

Selain itu, melebihi nilai estetika yang dapat kita temukan pada sehelai kain tenun tradisional, kain Ulos mengandung makna mendalam pula. Ulos rupanya representasi dari semesta alam. Di masa lampau, perempuan-perempuan Batak bangga menenun, memakai, dan mewariskannya kepada keluarga sebagai suatu pusaka.
Namun tidak ada banyak kajian terhadap Ulos ditemukan di Indonesia. Melainkan di banyak museum dan universitas di luar negeri seperti Singapura, Amerika, Inggris, dan Belanda. "Saat ini kami tengah membuat kajian dengan melakukan aktivitas advokasi dan kampanye melalui diskusi komunitas mengenai sejarah-budaya kain-kain kuno Sumatra, serta mempersiapkan pameran kain," tutur Nurdiyansah Dalidjo dari Miyara Sumatera Foundation.
Miyara Sumatera Foundation, sebagai organisasi yang bergerak untuk pelestarian budaya, konservasi alam, dan pengembangan pariwisata Sumatra, terlibat dalam pelestarian kain kuno. Salah satu yang juga menjadi perhatian besar Miyara Sumatera adalah keberadaan kain kapal--selain terhadap sekitar lebih dari 10 koleksi kain asal Lampung.
Nurdiyan menambahkan, kain kapal telah punah akibat letusan Krakatau dan masuknya kolonialisme. Di mana kemudian masyarakat lokal dipaksa untuk membuat tekstil bagi tentara perang, sehingga kini tidak ada lagi penenun yang memproduksi kain kapal. Oleh sebab itu, kain kapal sudah menjadi koleksi paling prestisius di berbagai museum di luar negeri.
Ketua Miyara Sumatera Foundation Irma Hutabarat  kembali menegaskan, pengenalan Ulos kepada anak-anak di sekolah amat penting sebagai upaya pengenalan lokal dan pelestarian budaya Batak. "Di sekolah dasar, idealnya anak-anak sudah dikenalkan tentang ulos, sebagai unsur penting yang ada dalam budaya Batak," ujarnya.
(Gloria Samantha)

1 komentar:

Posting Komentar